Selasa, 26 Januari 2010

Film „LOVE, PEACE AND BEATBOX“ dan BEATBOX- Performance, LIVE!



Kamis, 30 Oktober 2008, jam 19.30
GoetheHaus, Jalan Sam Ratulangi 9-15, Menteng, Jakarta Pusat
Gratis!

Mando adalah seorang seniman dengan kemampuan yang tak biasa: Beatboxing. Beatboxing adalah satu jenis perkusi suara yang berkaitan dengan kultur hiphop.

Beatbox sering disebut unsur kelima hiphop, meski sebenarnya musik ini tidak terbatas hanya pada hiphop. Beatbox merupakan seni menghasilkan suara musik dengan menggunakan mulut. Mando mulai memainkan beatbox pada tahun 1999 dan telah dua kali menjadi juara Beatbox se Jerman (2006 & 2007). Pada tahun 2003 ia mendirikan 4xSample.. 4xSample mendapat tempat pertama pada kejuaraan Team-Beatbox Jerman 2006.
Di Berlinale (Festival Film Berlin) 2008 dia merayakan pemutaran perdana film LOVE, PEACE & BEATBOX (sutradara Volker Meyer-Dabisch), dalam film ini Mando dan Crew 4xSample memainkan peranan penting. Mando juga dinominasikan untuk kejuaraan Beatbox berikutnya sebagai wakil Jerman.
Informasi selanjutnya tentang Mando dan Bandnya 4xsample dapat dilihat di:
http://www.4xsample.de/
www.goethe.de/jakarta

Asyik dengan Beatbox


Jumat, 31 Juli 2009 | 04:24 WIB

Kalau banyak yang main beatbox, toko musik jadi gak laku. Apa sih beatbox?

”Beatbox itu seni musik yang menciptakan ketukan dari mulut sendiri dan bisa dimainkan 1 atau lebih pemain”. Ini kata Billy Tamnge, seorang beatboxer.

Hi putabuers, tahu beatbox gak sih? ”Beatbox? Apaan tuh?” kata Arif Septyandi, pelajar SMAN 9 Bekasi. Ternyata, beatbox masih terbilang langka dan jarang orang tahu. Ternyata, beatbox ada di Jakarta.

Mau tahu seluk-beluk komunitas beatbox? Basecamp-nya komunitas beatbox, JBC (Jakarta Beatboxing Community), adalah komunitas beatbox yang didirikan pada 4 Desember 2007 lewat situs sosial Friendster. Komunitas ini dibentengi Indra Aziz, Billy Tamnge, dan Tito. Jumlah pencinta beatbox memang belum banyak, baru sekitar 20 orang.

Pertengahan 2008 JBC berubah nama menjadi IBC (Indonesia Beatboxing Community). Nah, lewat IBC, beatbox mulai mewabah di kalangan remaja lewat situs Facebook. Di sini pencinta beatbox sekitar 450 orang. Penjaga gawangnya tetap Indra Aziz, Billy Tamnge, dan Tito. Sarah menjadi manajer IBC.

Kenapa JBC jadi IBC?

Sebab, banyak pencinta beatbox dari luar Jakarta, misalnya Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Palembang. Selain itu, Billy juga pengin meyebarluaskan beatbox di Indonesia.

Mereka bikin acara, seperti Battle Beatbox Ex Championship. IBC juga mengadakan pertunjukan sendiri atau bergabung dengan komunitas lain, di antaranya komunitas yoyo dan komunitas breakdance. IBC ikut siaran radio dan mejeng di televisi, seperti TransTV.

Tempat komunitas IBC biasa nongkrong itu di Taman Menteng, Jakarta. Mereka latihan tiap Rabu pukul 8 malam. ”Hm, bayarannya? Yang penting pada bayar parkir, ha-ha-ha,”ujar Billy.

Kenapa suka beatbox?

”Karena gue suka banget nyanyi dan suka apa pun yang berhubungan dari mulut,” ujar Billy.

Para remaja menyukai beatbox umumnya karena musiknya aneh dan unik. Dengan beatbox bisa diciptakan berbagai jenis musik, dari hip hop sampai jazz.

Para beatboxer itu, selain latihan di Taman Menteng, juga belajar dari Youtube. Di sini ada pertunjukan beatbox, lengkap dengan cara berlatihnya.

Oh iya, putabuers, ternyata beatboxer ini punya pantangan sendiri lho untuk menjaga suara mereka! Pantangan yang harus dihindari beatboxer yaitu makan gorengan karena bisa merusak suara. Merokok juga tidak disarankan, tetapi beatboxer umumnya tidak merokok karena harus bisa mengatur pernapasan.

Putabuers, di balik kegembiraan pasti ada kesedihan. Apa sih suka dukanya jadi beatboxer?

”Sukanya, bisa latihan bareng. Gue bisa ngumpul bareng anak-anak beatbox lainnya. Gue bisa belajar sama beatboxer yang udah andal,” kata Yoga, salah seorang anggota IBC.

Dukanya, beatboxer sering dibilang orang aneh karena bisa latihan di sembarang tempat. Apalagi kalau orang yang ngedengerin gak tahu beatbox.Jadilah, disebut orang aneh.

Asal mulanya

Tentang sejarah beatbox. Akhir tahun 1880-an, grup kulit hitam (biasanya kuartet) menyanyikan a-capella. Mereka hanya menggunakan harmonisasi suara ma sing-masing untuk menciptakan musik. Mereka akan menahan lama, nada rendah, yang kita dengar sebagai suara bass dalam beatbox modern.

Vokal perkusi digunakan grup kuartet itu untuk membantu musik mereka mengatur tempo, seperti klik pada lidah dan menarik napas dalam-dalam, hingga nyaring bersuara. Ya, beratus-ratus tahun yang lalu, sebelum Kenny Mohammed, musisi Barbershop kulit hitam telah lebih dulu menguasai ”The Inward Snares” (teknik penciptaan suara snare dengan menarik napas).

Meskipun vokal perkusi adalah latar belakang dari jenis musik ini, hal itu juga berpengaruh pada timbulnya scatting dan dengungan bass pada alunan jazz, blues, dan musik swing yang berjarak beberapa tahun kemudian.

Beatbox lahir dari orang kulit hitam, sebab dulu banyak di antara mereka yang hidup miskin. Mereka tak mampu membeli peralatan DJ dan round table, jadilah membuat beat atau nada dari mulut mereka sendiri.

Kini beatbox tersebar di dunia. Tapi tetap aja di Indonesia, beatbox kurang promosi.

Formasi grup seperti The Beatbox Alliance, dengan backing-an major corporate, membuat

beatboxing bagian dari komunitas hip-hop.

Tahun 2000, Rahzel membuat beatboxing menjadi lebih dikenal di mainstream dengan membawakan sebuah lagu Alliyah, ”If Your Mother Only Knew”. Sejak itu, Rahzel diberi predikat sebagai orang pertama yang memodifikasi seni bernyanyi dan beatboxing secara bersamaan.

Kelihatan gampang

Putabuers mau tahu caranya ber-beatbox? Kita harus bisa mengucap ”B, T, K”. Kita juga mesti bisa mengucap kalimat ”BUF” dan ”PSF”.

”Kalau dibilang susah, ini sih relatif. Ini susah-susah gampang. Kalau seperti itu kan biasa kita lakukan, tapi perlu latihan pastinya,” kata M Deni Mardiansyah, mahasiswa Unpad yang ikutan latihan dasar beatbox.

Ber-beatbox itu susah-susah gampang. Asal putabeurs mau terus berlatih dan gak menyerah, pasti bisa. Bagi putabeurs yang mau gabung, bisa lewat indonesianbeatboxcomunity@yahoo.com.

Tim MuDA Magang: Akbarry Noor (SMAN 12 Jakarta), Arya Praditya (SMAN 2 Pamulang), Wais Zahroh (SMAN 1 Tambun Selatan), Robin (SMKK Rahmani Jakarta), Stephanus Adrianto (SMAK Kanisius Jakarta)